Kamis, 08 Oktober 2015

keterampilan dasar dan teknik konseling

1.    Apa definisi keterampilan dasar konseling?
Jawab :
Keterampilan dasar konseling merupakan lankah awal sebagai bekal untuk melakukan kegiatan konseling. Karena tanpa adanya keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh konselor, konseling pun dapat diprediksi kurang berjalan dengan lancar dan akan menghambat proses konseling. Konselor yang efektif dan profesional adalah konselor yang menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam melaksanakan konseling. Dalam Sugiharto dan Mulawarman (2008), mengemukakan keterampilan dasar konselor, berwujud pada kemampuan berkomunikasi konselor, baik itu interpersonal, intervensi atau pun integrasi.
Macam-macam keterampilan dasar konseling
1.      Keterampilan antar pribadi (interpersonal skill)
Keterampilan antar pribadi merupakan keterampilan inti dalam konseling. Diman keterampilan ini mengutamakan kemampuan berkomunikasi konselor untuk disampaikan kembali kepada konseli. Keterampikan ini digunanakan untuk membangun hubungan konseli (rapport), agar konseli dapat terlibat dalam konseling. Keterampilan antarpribadi mencakup kemampuan konselor dalam mendampingi konseli, mendengarkan mereka, dan mendorong mereka untuk menceritakan apa saja yang ada dalam benak mereka. Dalam mendampingi, dan mendengarkan, konselor tidak hanya dengan sekedar mendampingi dan mengdengarkan saja, tetapi perlu menyimak dengan baik hal-hal apa saja yang diungkapkan oleh konseli. Apabila hal tersebut diterapkan secara efektif, maka konselor dapat membuat konseli akan memperoleh keberanian untuk membicarakan pikiran-pikiran dan masalah-masalah yang sedang dialami oleh mereka. Menurut Mulawarman dan Sugiharto (2008) macam-macam keterampilan antar pribadi, antara lain:
a.       Keterampilan verbal
1)      Paraphrasing
2)      Reflecting of feeling (refleksi perasaan)
3)      Interpretation (penafsiran)
4)      Summarization (ringkasan/kesimpulan)
5)      Clarification (penajaman/memperjelas)
6)      Open and closed question (pertanyaan tertutup dan terbuka)
b.      Keterampilan nonverbal
Keterampilan nonverbal disebut juga dengan attending atau memberi perhatian. Perlu diketahui, dalam konseling memberi perhatian tidak seperti memberi perhatian pada umumnya, akan tetapi dalam bentuk perlakuan tanpa isyarat, yang diantaranya:
1)      Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka)
Posisi badan yang baik dalam attending mencakup:
a)      Duduk dengan badan menghadap konseli
b)      Tangan di atas pangkuan atau berpegang bebas atau kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal
c)      Responsif dengan menggunakan bagian wajah, misalnya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti.
d)     Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong ke arah konseli untuk menunjukkan kebersamaan dengan konseli
Posisi badan yang tidak baik mencakup:
a.       Duduk dengan badan dan kepala membungkuk menghadap konseli
b.      Duduk dengan sangat kaku
c.       Gelisah atau tidak tenang
d.      Mempergunakan tangan, kertas dan kuku tangan
e.       Sama sekali tanpa gerak isyarat pada tangan
f.       Selalu memukul-mukul dan menggerakkan tangan dan lengan
g.      Wajah tidak menunjukkan perasaan
h.      Tidak banyak senyum, kerutan dahi atau anggukan kepala yang tidak berarti
2)      Kontak mata (eye contact)
Kontak mata yang baik mencakup:
a)      Meihat konseli pada waktu ia berbicara kepada konselor dan sebaliknya
b)      Kontak mata yand dipertahankan atau dipelihara dengan menggunakan pandangan spontan yang mengekspresikan minat dan keinginan mendengarkan serta merespon konseli.
Kontak mata yang tidak baik mencakup:
a)      Tidak pernah melihat konseli. Hal ini sangat tidak dibenarkan pada konselor apabila sedang melakukan proses konseling. Karena konselor yang tidak pernah melihat konseli, akan membuat konseli, menjadi semakin sedih dan merasa keberadaannya tidak diterima oleh konselor.
b)      Menatap konseli untuk secara tetap dan tidak memberi kesempatan pada konseli untuk membalas tatapan.
c)      Mengalihkan pandangan dari konseli segere sesudah konseli melihat kepada konselor.
c.       Keterampilan mengamati konseli
Keterampilan mengamati konseli akan membantu konselor untuk merespon dan mengetahui apa dan bagaimana bahasa verbal dan nonverbal konseli. Selain itu juga mengamati perbedaan-perbedaan multibudaya yang berkaitan dengan ungkapan-ungkapan verbal dan nonverbal konseli. Dengan hal ini, konselor dapat memahami pribadi konseli yang mungkin baru dikenalnya pada kegiatan konseling. Karena memahami suatu kepribadian individu pun bukanlah hal mudah, maka keterampilah konseli sangat dianjurkan bagi konselor.
2.      Keterampilan Intervensi
Intervensi menurut bahasa artinya mencampuri, “mencampuri” di sini artinya mencampurkan atau memadukan pendekatan-pendekatan konseling. Dalam proses konseling, mengintervensi adalah proses memberikan tindakan pada konseli dengan memadukan beberapa pendekatan konseling. Keterampilan intervensi adalah kemampuan konselor untuk melibatkan konseli dalam pemecahan masalah. Dalam proses pemecahan masalah, konselor perlu memiliki pengetahuan tentang berbagai strategi dan cara yang berbeda untuk menolong konseli menghadapi masalah. Konselor sebaiknya menguasai satu pendekatan dasar dan kemudian berusaha memadukan cara-cara yang bermanfaat dari berbagai pendekatan lainnya demi penanganan efektif terhadap masalah-masalah konseli. Karena, apabila konselor menemui konseli yang “unik” , dapat diberi tindakan dengan memadukan beberapa pendekatan konseling sebagai pemecahan masalah.



3.      Keterampilan Integrasi
Keterampilan integrasi mengacu pada kemampuan-kemampuan konselor untuk menerapkan strategi-strategi-strategi pada situasi-situasi khusus, sambil mengingat konteks budaya dan sosio-ekonomi konseli. Di sini kemampuan konselor dibutuhkan untuk menghubungkan berbagai pendekatan untuk mengamati dan menangani konseli.
Keterampilan integrasi dalam konseling, diperlukan agar konseling dapat berjalan dengan lancar, meskipun menghadapi berbagai rintangan, baik berupa rintangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya antara konselor dengan konseli. Karena konseling tidak hanya mengaitkan konselor dan konseli yang satu budaya saja, melainkan dapat berbeda-beda budaya.

2.    Apa fungsi kdk bagi guru bk!
Jawab:
Konselor adalah orang yang mempunyai keahlian dalam konseling. Secara khusus konselor bergerak di bidang pendidikan yang bertanggung jawab atas layanan konseling bagi peserta didiknya. Namun secara umum konselor tidak hanya bergerak di bidang pendidikan, kunci keberhasilan dalam menuju tercapainya tujuan konseling adalah seorang konselor yang berkompeten dan menguasai teknik konseling dengan baik. Seorang konselor yang mampu menguasai teknik konseling dapat merespon kliennya dengan baik dan benar sesuai dengan keadaan kliennya. Respon yang baik dan benar dari seorang konselor adalah respon yang dapat mendorong klien bisa terbuka untuk menceritakan perasaan, pengalaman dan pikirannya. Setelah itu konselor dapat terlibat dalam diskusi mengenai kliennya.

3.    Jelaskan dengan rinci mengenai keterampilan attending!
Jawab:
Menurut Carkhuff (dalam Retno dan eko: 2007) menyebutkan bahwa attending adalaha cara yang menunjukkan bagaimana konselor menyiapkan diri, bersikap atau berperilaku, mendengarkan, memberikan perhatian kepada klien sehingga klien meras aman, nyaman, diperhatikan oleh konselor. Dengan kata lain attending adalah keterampilan/teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan merasa dibimbing dengan suasana kondusif sehingga bebas mengeskpresikan/mengungkapkan pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya. Perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan komponen-komponen peilaku nonverbal, bahasa lisan dan kontak mata. Karena komponen-komponen tersebut tidak mudah perlu dilatihkan bertahap dan terus menerus.
Keterampilan attending meliputi:
a.       Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka) diantara posisi badan yang baik mencakup:
1)      Duduk dengan badan menghadap klien
2)      Tangan diatas pengkuan atau berpegang bebas atau kadang-kadang di gunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang di komunikasikan secara verbal.
3)      Responsif dengan menggunakan bagian wajah, misalnya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti
4)      Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong ke arah klien untuk menunjukkan kebersamaan dengan klien
b.      Kontak mata
Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien pada waktu dia berbicara kepada konselor dan sebaliknya. Kontak mata harus dipertahankan atau dipelihara dengan menggunakan pandangan spontan yang mengekspresikan minat dan keinginan mendengarkan serta merespon klien.
c.       Mendengarkan
Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada klien. Mendengarkan apaun yang dikatakan klien. Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-kata, perasaan, dan perilakunya). Memahami keseluruhan pesannya.
Attending dilakukan untuk membuka proses konseling, perhatian yang diberikan terpusat sehingga klien menjadi terbuka pada klien. Attending berfungsi agar konselor dapat memperhatikan penampilan yang attending diberbagai situasi hubungan interpersonal secara umum khususnya dalam relasi konseling dengan konseli. Jadi dari teknik attending konselor dapat memfokuskan pada komunikasi nonverbal konseli sehingga perhatiannya terpusat pada konseli dan dapat memperlihatkan penampilan yang attending khususnya dalam relasi konseling dengan konseli.




Senin, 25 Mei 2015

Kurangnya Kontrol Diri Orangtua Yang Berdampak Pada Perilaku Anak SD

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
            Pada dasarnya orangtua adalah pendidik yang pertama kali bagi anak-anak sebelum anak-anak tersebut dididik oleh guru di lingkungan sekolah, anak-anak mendapatkan pendidikan dari orang tua yang berkaitan dengan moral, agama, sosial, dan lainnya. Pola asuh orang tua sangat berpengaruh bagi perilaku anaknya dimasa depan.
            Kontrol orangtua dalam perkembangan anak khususnya anak yang telah berusia pada jenjang Sekolah Dasar sangat penting untuk tumbuh dan kembangnya anak tersebut dalam membentuk karakter dan sifat anaknya kelak. Anak membutuhkan kasih sayang dan bimbingan yang cukup dari kedua orang tuanya karena jika tidak akan menghambat tumbuh dan kembangnya anak selain itu bisa juga akan menghambat tugas perkembangan anak tersebut karena tidak mendapatkan kasih sayang dan bimbingan dari orangtua yang cukup.
            Namun akhir-akhir ini banyak kejadian orangtua yang kurang memperhatikan anaknya dan kurang memberikan bimbingan serta kasih sayang yang cukup kepada anaknya dengan berbagai alasan yang membuat orangtua tidak mau memberikan bimbingan kepada anaknya. Perilaku anak pun menjadi tidak terkontrol dan cenderung tidak sesuai dengan tugas perkembangannya dan anak pun menjadi tidak dekat dengan orangtua karena kesibukannya orangtuanya.
            Banyak kasus yang terjadi disekitar kita seorang orangtua tega menelantarkan anaknya begitu saja, meninggalkan sendiri di rumah sedangkan orangtua sibuk dengan pekerjaannya dan lupa memperhatikan perkembangan anaknya sehingga anak tersebut diasuh oleh orang lain yang menyebabkan kedekatan antara anak dan orangtua menjadi sangat kurang karena kurangnya hubungan antara orangtua dan anak serta anak juga menjadi tidak terkontrol pergaulannya bisa bebas bergaul tanpa kontrol dan bimbingan dari orangtua.
            Seorang guru atau pendidik dan juga orangtua perlu memahami bahwa anak memiliki kebutuhan meskipun intensitas kebutuhan bervariasi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Kebutuhan anak juga bervariasi sesuai dengan tahapan perkembangannya, meski pada umumnya meliputi kebutuhan fisik, kognitif, emosi, sosial dan intelektual. Hal ini akan menentukan bagaimana anak dalam masing-masing tahapan akan belajar dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah siap masuk sekolah dasar.
            Menurut Piaget (1896-1980) masa ini berada pada tahap operasi konkret dimana konsep yang semula samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret, mampu memecahkan masalah-masalah aktual, mampu berfikir logis. Berkurang egonya, menerima pandangan orang lain, materi pembicaraan lebih ditujukan kepada orang lain. Anak berfikir induktif, berfikir dari hal-hal yang khusus yang kemudian ditarik kesimpulan ke umum. Mereka memiliki pengertian yang lebih baik tentang konsep ruang, sebab akibat, kategorisasi, konservasi, dan tentang jumlah. Anak mulai memahami jarak, hubungan antara sebab akibat yang ditimbulkan, kemampuan mengelompokkan benda berdasar kriteria tertentu, dan menghitung. Anak mampu mengklasifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan ciri-ciri suatu objek.

            Oleh karena itu maka penulis mengharapkan orangtua memberikan perhatian dan memberikan bimbingan kepada anak-anaknya di usia sekolah dasar ini sangat membutuhkan perhatian dari kedua orangtunya untuk membimbingnya dalam belajar maupun dalam bermain dan sekaligus menjadikannya teman bermain kala dirumah sehingga tugas perkembangan anak berjalan dengan baik sesuai dengan tahap perkembangannya.
            Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan tentang kontrol diri orangtua kepada anaknya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi dalam penelitian yang berjudul “Kurangnya Kontrol Diri Orangtua Yang Berdampak Pada Perilaku Anak SD”


Sumber : Rita Eka Izzaty dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Analisis Skiripsi

1.    Skripsi yang berjudul “Identitas Sosial Sebagaian Kelompok SPG Bertato” merupakan salah satu karya ilmiah yang ditulis oleh Yeyen Saprisa yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S1 Program Studi Psikologi di Universitas Teknologi Yogyakarta pada tahun 2014.
2. Struktur Tubuh Tulisan
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
HALAMAN PERNYATAAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PESEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Permasalahan
C.     Tujuan Penelitian
D.    Manfaat Penelitian
E.     Keaslian Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tato
1.      Pengertian Tato
2.      Sejarah Tato
3.      Faktor yang Mempengaruhi Orang Untuk Bertato
B.     Identitas Sosial
1.      Pengertian Identitas Sosial
2.      Terbentuknya Identitas Sosial
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Jenis dan Sifat Penelitian
B.     Subjek Penelitian
C.     Metode Pengumpulan Data
D.    Teknis Analisis Data
BAB IV ANALISIS MASALAH
A.    Persiapan Penelitian
1.      Orientasi Penelitian
2.      Persiapan Ijin Penelitian
3.      Persiapan Alat Penelitian
B.     Hasil Penelitian
C.     Pembahasan
1.      Anggapan Negatif Mengenai Tato
2.      Tato Sebagai Identitas Sosial
BAB V KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

3.    ANALISIS
Pada dasarnya Tato merupakan gambar atau lukisan yang ada di kulit tubuh seseorang yang diukir dengan cara menggunakan alat sejenis jarum atau tinta temporary. Tato biasanya berbentuk simbol atau gambar yang dikreasikan dengan warna yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan yang bikin tato. Tato yang dilukis pada bagian tubuh seseorang tidak hanya tato biasa saja melainkan mempunyai tujuan-tujuan khusus atau menyampaikan pesan kepada orang banyak melalui tato yang ada ditubuhnya.
Pada sejarahnya tato identik dengan pandangan negatif karena banyak orang menganggap kalau orang yang bertato dinilai buruk, penjahat, dan sering membuat rusuh di lingkungan sekitar. Karena masih banyak masyarakat belum banyak pengetahuan tentang tato.
Namun, seiring perkembangan zaman banyak kita jumpai disekitar kita orang yang mentato tubuhnya baik itu kaum pria maupun kaum wanita. Tato-tato tersebut sangat bervariasi motif dan bentuknya. Gaya hidup menjadi salah satu alasan kenapa banyak orang mengeksplorasi tubuh mereka dalam bentuk tato. Tato-tato tersebut mempunyai banyak makna yaitu sebagai identitas pada suatu budaya tertentu atau identitas suatu kelompok dan bisa juga membuat banyak tato untuk menyampaikan pesan/kampanye kemanusiaan yang banyak dilakukan oleh pesepakbola dan artis-artis terkenal.
Identitas sosial adalah persamaan dan perbedaan, soal personal dan sosial. Setiap orang berusaha membangun sebuah identitas sosialnya sendiri yang dapat membentuk karakter yang berbeda dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan sebagai salah satu representasi diri yang dapat membantu mengkonseptualisasi dan mengevaluasi siapa dirinya sebenarnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Baron & Donn (2003) dengan mengetahui siapa dirinya, maka seseorang akan dapat mengetahui siapa dirinya dan siapa lain.

Berkaitan dengan tato sebagai identitas sosial, hal ini banyak terjadi pada kelompok mahasiswa yang berkerja sambilan sebagai SPG (Sales Promotion Girl). Karena hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi kasus yang berkaitan dengan SPG yang menggunakan tato. Kelompok ini banyak dijumpai di berbagai pusat perbelanjaan, kafe-kefe dan tempat nongkrong mahasiswa di Yogyakarta. Selama ini banyak kalangan yang menilai bahwa mahasiswi yang bekerja sambilan sebagai SPG dipandang negatif, senang hura-hura, glamour, dan dekat dengan dunia malam.

Kutipan dan Daftar Pustaka

Kutipan langsung:
1.    Kutipan langsung kurang dari 4 baris:
Skripsi : “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan  Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMP Islam Al-Irsyad Cilacap”
Dian Afrisa mengatakan, “dari penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan penyesuian diri pada siswa artinya bahwa semakin tinggi nilai dukungan sosial maka semakin tinggi pula penyesuaian diri pada siswa dan begitu pula sebaliknya” (2012: 79)

Surat kabar:
Corat-coret baju seragam dan arak-arakan kendaraan setelah Ujian Nasional (UN), sepertinya mulai ditinggalkan pelajar sekarang ini. Kini budaya baru pun muncul, seperti pesta bikini yang baru-baru ini beredar dan menghebohkan media sosial. Acara ini tersiar di media sosial dan pengunggah video Youtube pada rabu 22 April. Tak lama diunggah iklan yang berupa flyer itu, langsung geger diperbincangkan para onliner di Twitter. Pro dan konta pun muncul. Subdit Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya mengatakan akan mengusut penyelenggara acara. Dia pun mengecam penyelenggara yang dinilai tak mengindahkan budaya ketimuran yang selama ini dijunjung masyarakat. “kita akan cek, dan akan kita panggil penyelenggaranya tapi belum ketahuan ini. Tunggu saja, kalau ketahuan akan lekas dipanggil penyebarnya (undangan melalui media sosial),” kata Pejabat Sementara (Pjs) Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Widjanarko. (liputan6.com, diunggah tanggal 25 April 2015).

2.    Kutipan langsung lebih dari 4 baris:
Jurnal: Perbedaan Kualitas Tidur dan Kualitas Mimpi Antara Mahasiswa Laki-laki dan Mahasiswa Perempuan
Kualitas tidur menurut Mass adalah:
suatu keadaan di mana kesadaran seseorang akan sesuatu menjadi turun, namun aktivitas otak tetap memainkan peran yang luat biasa dalam mengatur fungsi pencernaan, aktivitas jantung dan pembuluh darah, serta fungsi kekebalan, dalam memberikan energi pada tubuh dan dalam pemprosesan kognitif, termasuk dalam penyimpanan, penataan, dan pembacaan informasi yang disimpan dalam otak, serta perolehan informasi saat terjaga” (Mass, 2004: 78-79).

Internet:
Tohirin menjelaskan bahwa tujuan bimbingan belajar adalah sebagai berikut:
secara umum tujuan layanan bimbingna belajar adalah membantu siswa agar mencapai perkembangan yang optimal, sehingga tidak menghambat perkembangan siswa. Siswa yang perkembangannya terhambat atau terganggu akan berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya. Selain tujuan umum tersebut, secara khusus dapat diketahui bahwa bimbingan belajar bertujuan agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar, serta siswa dapat mandiri dalam belajar”. (Tohirin, 2007: 131).
                                                  
3.    Kutipan tidak langsung
Buku : Pemahaman Individu Teknik Nontes
Metode observasi merupakan salah satu intrument alat non tes dalam bimbingan dan konseling yang digunakan untuk melakukan assesment. Observasi dilakukan dengan cara observer melakukan pengamatan kepada observee bisa bersifat langsung dan tidak langsung. Pengamatan yang dilakukan tidak hanya menggunakan pancaindra penglihatan saja tetapi juga menggunakan pancaindra pendengaran dan penciuman karena ketika observer melakukan pengamatan kepada observee tidak semua gejala bisa diamati dengan penglihatan saja terkadang ada beberapa gejala yang bisa ditangkap oleh pancaindra pendengaran dan penciuman.
Internet : Blog
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang dapat membentuk karakter atau jiwa peserta didik untuk menjadi peserta didik yang mempunyai moral dan akhlak yang yang berbudi luhur. Pendidikan karakter sangat cocok diterapkan di Indonesia karena karakter dai peserta didiknya sudah mengalami kemunduran karena sekarang ini banyak terjadi kasus pergaulan bebas, tindakan kriminal dikalangan pelajar, pornografi, dan narkoba. Sehingga dengan pendidikan karakter sangat dibutuhkan di sekolah-sekolah di Indonesia baik itu tingkat SD, SMP, SMA/SMK. (belajarpsikologi.com, diunduh tanggal 27 April 2015 pukul 11.47 WIB).
4.    Kutipan catatan kaki
Buku : Bimbingan dan Konseling Pendidikan Dasar

Belajar pada dasarnya merupakan proses dan usaha untuk mendapatkan sebuah perubahan, baik dari sisi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Namun demikian, belum tentu semua proses belajar akan berhasil dengan mudah. Barangkali penting dikutip di sini bagaimana Slameto menjelaskan syarat proses belajar:
salah satu syarat yang harus dipenuhi agar proses belajar dapat terjadi dan berjalan dengan baik dengan adanya bimbingan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik peserta didik dan permasalahan-permasalahan belajar yang selalu ada. Artinya, proses belajar dapat berjalan tanpa proses bimbingan.1


Peraturan pemerintah (permendikbud no 111 tahun 2014)
 Layanan bimbingan dan konseling memiliki tujuan membantu konseli mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir.2




















 


1.    Irham Muhamad, Novan Ardy Wiyani. 2014. Bimbingan dan Konseling : Teori dan Aplikasi di Sekolah Dasar,Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
2.    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2014.

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto. 2012. “Pengertian Pendidikan Karakter”. Dalam http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/. Diakses pada hari Senin tanggal 27 April 2015 pukul 11.47 WIB.
Irham Muhamad, Novan Ardy Wiyani. 2014. Bimbingan dan Konseling : Teori dan Aplikasi di Sekolah Dasar,Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Nasroni, Fuad dan R. Rachmy Diana. 2004. “Perbedaan Kualitas Tidur dan Kualitas Mimpi antara Mahasiswa Laki-laki dan Mahasiswa Perempuan”. Hlm 78-79. Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan.
Nugraheni, Dian Afrisia. 2012. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMP IslamAl-Irsyad Cilacap. Skripsi Psikologi Universitas Teknologi Yogyakarta. Tidak diterbitkan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2014.
Rhardjo Susilo dan Gundnanto. 2013. Pemahaman Individu Teknik Nontes. Jakarta. Kencana Prenadamedia Group.
Tohirin. 2010. “Tujuan Layanan Bimbingan Belajar”. dalam http://eprints.uny.ac.id/7750/3/bab%202%20-%2006104241011.pdf. Diakses pada hari Sabtu tanggal 11 April 2015 pukul 11.28 WIB.
Triono, Sugeng dan Ahmad Romadoni. 2015. “Geger Undangan Pesta Bikini Usai UN” Dalam liputan6.com, 25 April. Jakarta


.