Kamis, 08 Oktober 2015

keterampilan dasar dan teknik konseling

1.    Apa definisi keterampilan dasar konseling?
Jawab :
Keterampilan dasar konseling merupakan lankah awal sebagai bekal untuk melakukan kegiatan konseling. Karena tanpa adanya keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh konselor, konseling pun dapat diprediksi kurang berjalan dengan lancar dan akan menghambat proses konseling. Konselor yang efektif dan profesional adalah konselor yang menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam melaksanakan konseling. Dalam Sugiharto dan Mulawarman (2008), mengemukakan keterampilan dasar konselor, berwujud pada kemampuan berkomunikasi konselor, baik itu interpersonal, intervensi atau pun integrasi.
Macam-macam keterampilan dasar konseling
1.      Keterampilan antar pribadi (interpersonal skill)
Keterampilan antar pribadi merupakan keterampilan inti dalam konseling. Diman keterampilan ini mengutamakan kemampuan berkomunikasi konselor untuk disampaikan kembali kepada konseli. Keterampikan ini digunanakan untuk membangun hubungan konseli (rapport), agar konseli dapat terlibat dalam konseling. Keterampilan antarpribadi mencakup kemampuan konselor dalam mendampingi konseli, mendengarkan mereka, dan mendorong mereka untuk menceritakan apa saja yang ada dalam benak mereka. Dalam mendampingi, dan mendengarkan, konselor tidak hanya dengan sekedar mendampingi dan mengdengarkan saja, tetapi perlu menyimak dengan baik hal-hal apa saja yang diungkapkan oleh konseli. Apabila hal tersebut diterapkan secara efektif, maka konselor dapat membuat konseli akan memperoleh keberanian untuk membicarakan pikiran-pikiran dan masalah-masalah yang sedang dialami oleh mereka. Menurut Mulawarman dan Sugiharto (2008) macam-macam keterampilan antar pribadi, antara lain:
a.       Keterampilan verbal
1)      Paraphrasing
2)      Reflecting of feeling (refleksi perasaan)
3)      Interpretation (penafsiran)
4)      Summarization (ringkasan/kesimpulan)
5)      Clarification (penajaman/memperjelas)
6)      Open and closed question (pertanyaan tertutup dan terbuka)
b.      Keterampilan nonverbal
Keterampilan nonverbal disebut juga dengan attending atau memberi perhatian. Perlu diketahui, dalam konseling memberi perhatian tidak seperti memberi perhatian pada umumnya, akan tetapi dalam bentuk perlakuan tanpa isyarat, yang diantaranya:
1)      Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka)
Posisi badan yang baik dalam attending mencakup:
a)      Duduk dengan badan menghadap konseli
b)      Tangan di atas pangkuan atau berpegang bebas atau kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal
c)      Responsif dengan menggunakan bagian wajah, misalnya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti.
d)     Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong ke arah konseli untuk menunjukkan kebersamaan dengan konseli
Posisi badan yang tidak baik mencakup:
a.       Duduk dengan badan dan kepala membungkuk menghadap konseli
b.      Duduk dengan sangat kaku
c.       Gelisah atau tidak tenang
d.      Mempergunakan tangan, kertas dan kuku tangan
e.       Sama sekali tanpa gerak isyarat pada tangan
f.       Selalu memukul-mukul dan menggerakkan tangan dan lengan
g.      Wajah tidak menunjukkan perasaan
h.      Tidak banyak senyum, kerutan dahi atau anggukan kepala yang tidak berarti
2)      Kontak mata (eye contact)
Kontak mata yang baik mencakup:
a)      Meihat konseli pada waktu ia berbicara kepada konselor dan sebaliknya
b)      Kontak mata yand dipertahankan atau dipelihara dengan menggunakan pandangan spontan yang mengekspresikan minat dan keinginan mendengarkan serta merespon konseli.
Kontak mata yang tidak baik mencakup:
a)      Tidak pernah melihat konseli. Hal ini sangat tidak dibenarkan pada konselor apabila sedang melakukan proses konseling. Karena konselor yang tidak pernah melihat konseli, akan membuat konseli, menjadi semakin sedih dan merasa keberadaannya tidak diterima oleh konselor.
b)      Menatap konseli untuk secara tetap dan tidak memberi kesempatan pada konseli untuk membalas tatapan.
c)      Mengalihkan pandangan dari konseli segere sesudah konseli melihat kepada konselor.
c.       Keterampilan mengamati konseli
Keterampilan mengamati konseli akan membantu konselor untuk merespon dan mengetahui apa dan bagaimana bahasa verbal dan nonverbal konseli. Selain itu juga mengamati perbedaan-perbedaan multibudaya yang berkaitan dengan ungkapan-ungkapan verbal dan nonverbal konseli. Dengan hal ini, konselor dapat memahami pribadi konseli yang mungkin baru dikenalnya pada kegiatan konseling. Karena memahami suatu kepribadian individu pun bukanlah hal mudah, maka keterampilah konseli sangat dianjurkan bagi konselor.
2.      Keterampilan Intervensi
Intervensi menurut bahasa artinya mencampuri, “mencampuri” di sini artinya mencampurkan atau memadukan pendekatan-pendekatan konseling. Dalam proses konseling, mengintervensi adalah proses memberikan tindakan pada konseli dengan memadukan beberapa pendekatan konseling. Keterampilan intervensi adalah kemampuan konselor untuk melibatkan konseli dalam pemecahan masalah. Dalam proses pemecahan masalah, konselor perlu memiliki pengetahuan tentang berbagai strategi dan cara yang berbeda untuk menolong konseli menghadapi masalah. Konselor sebaiknya menguasai satu pendekatan dasar dan kemudian berusaha memadukan cara-cara yang bermanfaat dari berbagai pendekatan lainnya demi penanganan efektif terhadap masalah-masalah konseli. Karena, apabila konselor menemui konseli yang “unik” , dapat diberi tindakan dengan memadukan beberapa pendekatan konseling sebagai pemecahan masalah.



3.      Keterampilan Integrasi
Keterampilan integrasi mengacu pada kemampuan-kemampuan konselor untuk menerapkan strategi-strategi-strategi pada situasi-situasi khusus, sambil mengingat konteks budaya dan sosio-ekonomi konseli. Di sini kemampuan konselor dibutuhkan untuk menghubungkan berbagai pendekatan untuk mengamati dan menangani konseli.
Keterampilan integrasi dalam konseling, diperlukan agar konseling dapat berjalan dengan lancar, meskipun menghadapi berbagai rintangan, baik berupa rintangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya antara konselor dengan konseli. Karena konseling tidak hanya mengaitkan konselor dan konseli yang satu budaya saja, melainkan dapat berbeda-beda budaya.

2.    Apa fungsi kdk bagi guru bk!
Jawab:
Konselor adalah orang yang mempunyai keahlian dalam konseling. Secara khusus konselor bergerak di bidang pendidikan yang bertanggung jawab atas layanan konseling bagi peserta didiknya. Namun secara umum konselor tidak hanya bergerak di bidang pendidikan, kunci keberhasilan dalam menuju tercapainya tujuan konseling adalah seorang konselor yang berkompeten dan menguasai teknik konseling dengan baik. Seorang konselor yang mampu menguasai teknik konseling dapat merespon kliennya dengan baik dan benar sesuai dengan keadaan kliennya. Respon yang baik dan benar dari seorang konselor adalah respon yang dapat mendorong klien bisa terbuka untuk menceritakan perasaan, pengalaman dan pikirannya. Setelah itu konselor dapat terlibat dalam diskusi mengenai kliennya.

3.    Jelaskan dengan rinci mengenai keterampilan attending!
Jawab:
Menurut Carkhuff (dalam Retno dan eko: 2007) menyebutkan bahwa attending adalaha cara yang menunjukkan bagaimana konselor menyiapkan diri, bersikap atau berperilaku, mendengarkan, memberikan perhatian kepada klien sehingga klien meras aman, nyaman, diperhatikan oleh konselor. Dengan kata lain attending adalah keterampilan/teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan merasa dibimbing dengan suasana kondusif sehingga bebas mengeskpresikan/mengungkapkan pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya. Perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan komponen-komponen peilaku nonverbal, bahasa lisan dan kontak mata. Karena komponen-komponen tersebut tidak mudah perlu dilatihkan bertahap dan terus menerus.
Keterampilan attending meliputi:
a.       Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka) diantara posisi badan yang baik mencakup:
1)      Duduk dengan badan menghadap klien
2)      Tangan diatas pengkuan atau berpegang bebas atau kadang-kadang di gunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang di komunikasikan secara verbal.
3)      Responsif dengan menggunakan bagian wajah, misalnya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti
4)      Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong ke arah klien untuk menunjukkan kebersamaan dengan klien
b.      Kontak mata
Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien pada waktu dia berbicara kepada konselor dan sebaliknya. Kontak mata harus dipertahankan atau dipelihara dengan menggunakan pandangan spontan yang mengekspresikan minat dan keinginan mendengarkan serta merespon klien.
c.       Mendengarkan
Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada klien. Mendengarkan apaun yang dikatakan klien. Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-kata, perasaan, dan perilakunya). Memahami keseluruhan pesannya.
Attending dilakukan untuk membuka proses konseling, perhatian yang diberikan terpusat sehingga klien menjadi terbuka pada klien. Attending berfungsi agar konselor dapat memperhatikan penampilan yang attending diberbagai situasi hubungan interpersonal secara umum khususnya dalam relasi konseling dengan konseli. Jadi dari teknik attending konselor dapat memfokuskan pada komunikasi nonverbal konseli sehingga perhatiannya terpusat pada konseli dan dapat memperlihatkan penampilan yang attending khususnya dalam relasi konseling dengan konseli.